Catatanku
Semester Pertama di Postulat
Oleh : Aurelius Seltinus Julio
Pendahuluan
Tidak terasa sudah hampir satu semeter saya menjalani hidup
di Postulat Kapusin Santo Leopold Mandic, Bunut, Sanggau Kapuas. Selama 5 bulan
ini, sudah banyak pengalaman hidup mulai dari yang menguatkan panggilan hingga
yang justru menjatuhkan panggilan kami alami bersama, mulai dari bangun pagi
bersamaan dengan terbitnya saudara surya sampai hingga mengorbitnya saudari
bulan menerangi malam, setiap hari selalu ada pesan dan kesan yang didapat bagi
kehidupan dan persaudaraan. Untungnya, atas dorongan Ibu Margareta Lowe –yang sering Sdr. Theo salah sebut sebagai Ibu
Katarina itu- saya menuliskan
sebagian tentang hidup kami dalam sebuah buku harian, buku kronik yang hampir
setiap malam menjelang tidur saya dan saudara lain tuliskan pengalaman
sehari-hari yang mungkin menarik dan berkesan. Buku inilah yang menjadi sumber
untuk tulisan ini selanjutnya, selain itu dilengkapi pula dengan
ingatan-ingatan pribadi yang berkaitan dengan hidup kami sebagai seorang calon
Kapusin.
Umumnya
Saya datang ke
Postulat pada sore hari tanggal 18 Juli 2015, saya datang diantar bersama
dengan keluarga, di Postulat kami disambut oleh saudara-saudara lain yang sudah
duluan datang, mereka ialah Sdr. Kadri, Sdr. Aris, Sdr. Hendro, Sdr. Theo dan
Br. Anas, menyusul P. Egi. Ketika baru datang saya langsung dipeluk oleh
Sdr.Aris dengan rasa bahagia, tidak kita sangka, saudara inilah yang ternyata
nantinya akan terpaksa berada diluar persaudaraan komunitas Postulat setelah
beberapa minggu bersama kita, ada dua saudara yang terlihat asing bagi saya,
Sdr. Hendro dan Sdr. Theo, awalnya saya kira Sdr. Theo ini adalah frater yang
bertugas TOP di Postulat. Saudara yang lain, yakni Sdr. Meldi, Sdr. Beni dan
Sdr. Darius sedang berada di pasar untuk berbelanja, sementara Sdr. Baden dan
Sdr. Nata datang keesokan harinya.
Satu minggu pertama kegiatan kami diisi dengan Pekan
Orientasi Postulat, jadi baru tahap pengenalan, kegiatannya meliputi pertemuan
di kelas mengenai tata-tertib dan hal praktis terkait hidup keseharian di
Postulat, kerja bakti membersihkan lingkungan, dan pengenalan lingkungan
komplek termasuk mengetahui tapak batas tanah milik ordo. Setelah masa
orientasi ini kegiatan kami mulai berjalan seperti biasa.
Hidup di Postulat ini tidak jauh berbeda daripada di SMA
Seminari, kegiatannya sudah terjadwal dengan baik, hanya saja terasa bahwa di
Postulat lebih dituntut untuk lebih serius, terutama dalan hal studi dan doa.
Mungkin ada baiknya bila saya paparkan jadwal standar –kalau tidak ada acara-
kami selama sehari di Postulat.
Bangun pagi pada pukul 05:00, pada prakteknya saya lebih
sering pukul 05:15 karena saya tidak suka mandi subuh –jadi langsung ke kapel-,
dilanjutkan dengan Ibadat Pagi pada pukul 05:30 hingga sekitar pukul 05:45,
dilanjutkan dengan Misa, kecuali pada hari Rabu dan Sabtu karena hari tersebut
kami menyadap karet –alias menoreh- Perayaan Ekaristi digeser jadi sore
harinya. Selesai misa sekitar pukul 06:30, setelah selesai opera (kerja) dan menyiapkan makanan, akan segera dimulai sarapan. Deo Gratias
Setelah sarapan, biasanya barulah kami mandi. Kuliah
dimulai pukul 08:00 hingga 09:30, lalu kemudian ada istirahat dan snack lantas dilanjutkan kuliah sesi
kedua hingga pukul 11:30, pukul 11:45 dimulai ibadat siang dan setelah itu
makan siang. Khusus untuk hari jum’at makan siang diiringi dengan pembacaan
teks tentang St. Fransiskus dari buku Fioretti atau buku lainnya.
Setelah kenyang dengan makan siang hari, kami boleh
beristirahat hingga pukul 14:00 akan dibunyikan lonceng tanda opera sore
dimulai. Pekerjaan untuk opera sore ini lebih bervariasi sesuai dengan keadaan,
posko untuk pekerjaan ini ditentukan oleh saudara Dekanus, yakni Sdr. Theo dan
akan ditulis pada whiteboard yang
tersedia di ruang tengah. Pukul 17:30 ibadat sore + renungan + doa malam atau
ibadat penutup completorium. Setelah
itu makan malam lalu studi (kadang juga da kuliah malam)
dan rekreasi bersama sampai saatnya tidur.
Jadi singkatnya keseharian kami di Postulat bisa
disimpulkan dalam lima inti yang seringkali kami candakan sebagai motto hidup berikut : Banyak makan, kuat
kerja, kuat studi, kuat doa dan kuat tidur. Hehe..
Berbagai Momen dan Kesan
(intisari
dari catatan harian saya)
![]() |
Rekreasi di Riam |
-
Acara pertama yang tercatat (sebelumnya
ada acara ultah SMP) yang kami rayakan adalah peringatan kemerdekaan negara
ini, HUT-RI ke 70. Hari ini kami rayakan dengan kegiatan pesiar di riam Laverna (itu
riam atau sungai?), suasananya sangat menyenangkan, kami piknik dan mandi
bersama, apalagi kegiatan ini diramaikan oleh adik/kakak dapur, suster dan
beberapa karyawan Laverna. Meskipun begitu, memang terasa bahwa perayaan 17-an
tidak begitu meriah di komplek kami.
-
Setiap kali ada ‘saudara tua’ yang berulang
tahun, maka akan dirayakan dengan party
makan-makan, seperti yang terjadi saat ultah Pater Bernard ke-62, juga ultah
Alm. Kakek Ewald ke 85, dan ultah P.Egi. kecuali itu Br. Anas tidak tertarik
merayakan ultahnya, ia hanya membelikan ice
cream untuk kami makan bersama.
-
Minggu, 23 Agustus saya dan beberapa saudara
merasa jengkel, sebab kami sudah mempersiapkan materi untuk PIA di
megatend-katedral, jengkelnya itu terutama karena sudah kelelahan berjalan kaki
dari Postulat ke Katedral yang jaraknya lumayan jauh, ternyata kepanitiaan
dewan paroki untuk itu belum dibuat, jadinya tidak ada kegiatan sekolah minggu
untuk saat ini.
-
Selasa, 25 Agustus ada tes untuk mengetahui
golongan darah, sebab biasanya kalau ada yang membutuhkan donor darah kami akan
disodorkan sebagai pendonor. Golongan darah saya B dengan rhesus +. Sore
harinya saya diminta Sr. Alfonsa mengiringi koor anak Asderi dengan organ
keyboard, tapi karena masih belum mahir dan belum kenal dengan lagu yang akan
dinyanyikan saya masih belum berani tampil.
-
Setiap 2 bulan sekali kami diwajibkan untuk
menjalani bimbingan pribadi dengan salah satu formator, kebetulan sejak Diakon
bergabung dengan kami di Postulat, saya mendapat bimbingan dengan Fr. Kristian.
Saya rasa lebih nyaman dengan Diakon, sebab kami sebenarnya sudah saling mengenal
sejak saya masih di seminari.
-
Kalau ada kesempatan, biasanya sore hari kami
bermain sepak bola di lapangan dekat gedung Rivo Torto, saya mulai menyenangi
permainan ini, hitung-hitung sebagai olahraga untuk sedikit mengurangi lemak
dan menguruskan badan.
-
Beberapa kali saya diminta Pater Bernard untuk
menemaninya latihan membuat presentasi dengan aplikasi Power Point, seringkali
tidak hanya Power Point, Pater Bernard juga menanyakan beberapa hal tengan
komputer yang kurang ia pahami. Saya senang dengan demikian bisa lebih mengenal
dekat sosok Pater Bernard selain juga beliau sering menyuguhkan kue kalau sudah
begini.
-
Hari sabtu malam, kami kadang-kadang “nonton
Bioskop”, maksudnya adalah menonton film dengan proyektor alias layar tancap,
film-film yang kami pilih biasanya bergenre action, film ini kami dapat dari
DVD yang dibeli P. Egi atau dari hasil saya mendownload menggunakan modem milik
Fr. Kris. Beberapa judul yang sudah ditonton : IP Man 1-2, Shaolin, Love So
Divine, King of Vatra dan Exodus: Gods and Kings
-
Saya cukup menyenangi menulis, sejak di seminari
saya menulis beberapa artikel dan cerita pendek, makanya ketika di Postulat,
saya mendesak Pastor untuk segera memperbaiki komputer yang ada, sampai
akhirnya tersedia 2 komputer yang bisa digunakan, kalau ada waktu senggang,
terutama hari minggu, saya akan berada di ruang komputer untuk menulis beberapa
kisah dan renungan.
-
Saya sempat terpukul pula ketika melihat kedua
saudara kami, Sdr. Baden dan Sdr. Aris terpaksa harus tidak lagi bersama dengan
kami. Saya dan Sdr. Baden sudah sangat akrab, terutama karena kami sama-sama
dari seminari, boleh dikatakan saya memutuskan untuk melanjutkan ke Postulat
ini juga karena bersepakat dengan dia, jadi ketika melepas saudara ini pergi
saya sempat berpikir mengingat bagaimana kesepakatan kami dulu, kalau begini
mana bisa kami ditahbiskan bersama. Namun apa hendak dikata, terjadi sudah.
Selasa, 8 September kami mengadakan farewell untuk kedua saudara ini, dan juga
untuk Bruder Anas, beliau akan pindah tugas ke komunitas Gunung Benuah, siapa
lagi yang akan membelikan kami es krim ?
-
Jum’at, 25 September ada kejadian lucu, saat itu
saya dan Sdr. Meldi bermain-main di patung Fransiskus dekat gerbang, kami
memasang kacamata ke patung itu untuk lucu-lucuan, tidak tau karena tulah atau
apa, ternyata di pohon dekat situ ada sarang penyengat, tiba-tiba itu menyerang
kami. Segera saya berlari dan membuka pakaian sampai setengah telanjang, segera
saya minta saudara yang lain mengambilkan salep, penyengat itu banyak
meninggalkan jejak yang menyakitkan di tubuh saya.
-
Senin, 28 September adalah hari terburuk dalam
bencana asap tahun ini, kabut asap sangat pekat dengan jarak pandang hanya
sekitar 10 meter membuat suasana menjadi seperti di film-film hollywood, keren,
gedung Rivo Torto jadi seperti tidak beratap karena warna atap seng sama dengan
warna asap.
-
Saya sering bertukar pikiran dan berefleksi bersama
tentang hidup dengan saudara Nata (dan kadang kadang tentang “pakis”,
istilah untuk cewek), kami saling menguatkan, karena jujur kami akui banyak
pakis muda alias putri-putri Sion SMA-DBC yang laksana malaikat wujudnya. Saya
juga sering diskusi dengan Sdr. Theo dan Sdr. Hendro, mereka ini sudah lebih
dewasa daripada kami, saya suka mendengar sharing mereka.
-
Pesta St. Fransiskus Assisi tahun ini tidak
begitu meriah, hanya diisi dengan misa syukur dan makan-makan saja, ya.. sayang
sekali, memang kondisi ekonomi negara kita saat ini sedang kurang baik.
-
Hidup kami di Postulat sangat dekat dengan para
saudara ternak, terutama dengan anjing. Mereka inilah yang menjadi satpam bagi
kami di lingkungan biara, tidak hanya menjaga biara mereka bahkan senang menjadi
pengawal ketika kami berada di luar komplek, mengikuti kami dari belakang ke
mana-mana, bahkan saat kuliah pun selalu ada anjing yang ikut ke dalam kelas.
Mereka biasanya mangkal di jalan masuk Postulat dekat patung St. Leopold, kalau
ada orang asing yang masuk atau ada kelompok anjing lain dari wilayah lain (biasanya
anjing biara San Damiano atau Dapur), mereka akan langsung mengejar. Sudah ada
satu korban yang masuk kolam karena dikejar saat pakai motor. Layaknya manusia,
setiap anjing punya nama dan keunikan masing-masing, mereka adalah : Toram,
Brown, Akil, Ating dan Nike (baca: naiki)
-
Beberapa kali kami dibagikan pakaian lelong/bekas yang masih layak pakai,
kadang terjadi rebut-rebutan memilih pakaian ini yang cocok di hati. Saya
pernah mendapat satu jubah dokter/pakaian laboratorium bekas mahasiswa Univ.
Sa-Dhar, memang tidak untuk saya pakai, hanya untuk dipajang di kamar saja. Hehe...
-
Selamat Pesta Perak Postulat kami, banyak
kesibukan untuk menyiapkan acara ini, latihan koor, membersihkan lingkungan,
pasang dekorasi dan sebagainya. Alhamdulilah..
tidak ada kendala, semua yang direncanakan berjalan lancar, bahkan koor
yang agak sumbang berhasil ditutupi oleh bantuan Fr. Dedi dengan Biola dan Flute-nya. Patung St. Leopold dan rehab Gua Maria Postulat juga
berhasil selesai dikerjakan Pak Bujang Kirai tepat waktu.
-
Live in di Paroki Pusat Damai, saya dan Sdr. Eko
dapat banyak pengalaman, disinilah salah satu tempat saya sekolah yang dulu
menumbuhkan panggilan saya menjadi imam. P. Fritz memberi banyak inspirasi
dalam memandang kehidupan dan pelayanan. Hari-hari selama Tendopoli OMK juga
sulit untuk dilupakan, meskipun lelah, tapi terasa sekali keceriaan selama
acara, berkumpul bersama orang-orang muda. Sayang, kami ikut Tend.OMK hanya 2
hari penutupan.
-
Sabtu, 31 Oktober, sebelum misa subuh P. Fritz
memberitahukan perihal meninggalnya saudara kami, Kakek Ewald Beck. Pagi itu
juga kami batalkan rencana besok, kami langsung ke Sanggau hari ini. Suasana
berkabung. Kami mempersiapkan dan ikut shift
jaga jenazah hingga subuh hari. Luar biasa banyak umat yang hadir dalam misa
requiem dan pemakaman kakek, umat pasti sangat mencintai beliau dan mau
memberikan penghormatan terakhir. Beberapa hari sebelumnya, kakek sepupu saya,
Kakek Jaelani juga meninggal dunia, saya sempat bertemu keluarga saya karena
mereka juga ikut dalam pemakaman itu. Banyak yang meninggal di bulan November
ini, beberapa diantaranya saya kenal baik : Bibi saya dari pihak ayah (saya
lupa namanya)
; Ayah dari P. Maxi ; Uskup Agung Semarang ; P. Joni Minggulius, OFMCap
dan Pak Amir.
Penutup
Nah, begitulah gambaran hidup kami di Postulat ini selama 5
bulan terakhir. Hidup di postulat memang tidak selalu senang, ada pula
terkadang sedih dan ragu. Tetapi, benar kata St. Fransiskus, setiap saudara
adalah anugerah, setiap saudara selalu menguatkan disaat yang lain lemah.
Semoga kami berhasil menjadi kapusin yang baik, yang mau mengikuti Yesus,
seturut teladan St. Fransiskus. Kata orang : Bahagia itu tidak berarti tanpa
masalah dan tantangan. Secara umum, saya merasa bahagia bisa berada di sini
meskipun dalam keterbatasan dan kesederhanaan.
Bahagia itu sederhana. Sesederhana kebahagiaan itu sendiri.
Deo Gratias